Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali menuai kontroversi setelah pernyataannya yang menyebut guru sebagai beban negara viral di ruang publik. Ucapan tersebut dinilai merendahkan martabat pendidik yang selama ini menjadi garda depan lahirnya generasi bangsa.
Banyak pihak menilai, komentar Sri Mulyani seakan mengerdilkan kontribusi guru. Padahal, tanpa jasa mereka, tak akan ada pejabat, akademisi, maupun seorang menteri yang bisa membaca, menulis, bahkan berhitung. Kritik pun berdatangan, terutama dari kalangan pemuda yang menilai ucapan itu sebagai bentuk lupa daratan.
Pendidikan Bukan Beban, Melainkan Investasi
Guru selama ini menjadi pilar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka bukan hanya pengajar mata pelajaran, tetapi juga pembentuk karakter, moral, dan nilai-nilai kebangsaan. Menyebut guru sebagai beban negara sama artinya dengan melupakan fakta bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang yang menentukan arah masa depan bangsa.
Jika guru dipandang semata-mata sebagai angka dalam APBN, maka pemerintah terjebak pada logika fiskal sempit. Padahal, banyak negara maju justru menjadikan belanja pendidikan sebagai prioritas utama.
Kecaman dari Tokoh Pemuda
Aldo irawan yang merupakan aktifis pemuda, memberikan kritik keras terhadap pernyataan Sri Mulyani.“Pernyataan mentri keuangan Sri Mulyani itu jelas keliru dan menyakitkan. Guru adalah aset, bukan beban. Kalau guru disebut beban, berarti semua pejabat yang lahir dari didikan guru juga bagian dari beban. Pemerintah seharusnya menghormati guru, bukan merendahkan dengan istilah seperti itu,” tegasnya.
Sementara itu disisi lain, Imam Baihaki yang juga merupakan Aktivis Pemuda, menilai ucapan Sri Mulyani berbahaya bagi motivasi para pendidik.“Saya prihatin sekali. Ungkapan itu bisa membuat motivasi guru runtuh. Padahal, dari guru lahir semua profesi, dari dokter, insinyur, hingga menteri. Kalau pemerintah menganggap guru beban, sama saja menutup masa depan generasi bangsa. Pendidikan itu bukan pengeluaran, tapi modal terbesar kita,” ujarnya.
Masyarakat Menunggu Klarifikasi
Pernyataan Sri Mulyani bukan hanya menimbulkan kegelisahan di kalangan guru, tetapi juga memunculkan pertanyaan besar di publik. Apakah pemerintah benar-benar memandang profesi guru hanya sebagai beban anggaran? Ataukah ada maksud lain yang disalahpahami?
Sejumlah organisasi pendidikan dan kelompok masyarakat sipil mendesak Menteri Keuangan segera memberikan klarifikasi. Guru yang selama ini berjuang di ruang kelas, bahkan di daerah terpencil dengan segala keterbatasan, tentu layak mendapatkan penghargaan lebih tinggi, bukan stigma sebagai beban.
Guru Adalah Penopang Bangsa
Jika guru diletakkan pada posisi sekadar “beban”, maka bangsa ini sedang berjalan menuju jurang krisis pendidikan. Namun, jika guru dipandang sebagai investasi berharga, maka hasilnya adalah lahirnya generasi emas yang mampu mengangkat martabat Indonesia di dunia internasional.
Seperti kata pepatah, tanpa guru kita hanyalah buta. Maka, pertanyaannya: apakah mungkin seorang Menteri Keuangan bisa berhitung dan mengatur anggaran negara jika sejak kecil tak pernah diajari oleh seorang guru?